Beranda | Artikel
Keunikan-Keunikan Bahasa Arab [Bag. 2]
Minggu, 20 November 2011

>>Terkadang harus paham dulu baru bisa dibaca lafadznya

Ini salah satu yang paling unik menurut kami. Karena umumnya bahasa yang lain dibaca/dilafadzkan dulu baru bisa dipahami. Lebih-lebih ia juga harus paham i’rabnya. Sudah kita ketahui bahwa bahasa Arab  aslinya adalah “gundul” dan tidak ada harokatnya, karena harokat memang sejarahnya dibuat bagi orang non-Arab. Tanpa bantuan harokat mereka yang belum mengetahui dasar-dasar bahasa Arab tidak bisa membacanya atau melafadzkannya. Contohnya pada Al-Quran surat An-Nisa ayat 164,

و كلم الله موسى تكليما

Bacaan yang benar: “wa kallamallaaHU Muusaa takliima” [Allah benar-benar mengajak bicara Musa]

Maka jika pembaca tidak paham maksudnya, maka dia tidak tahu cara membacanya. Apakah lafadz Jalalah  Allah dibaca, “Allahu” atau “Allaha” atau “Allahi”

Lho dari mana dia tahu maksudnya, padahal belum dibaca, padahal juga yang dibaca adalah sumber ilmunya?

Jawabannya: umumnya dari i’rab, konteks kalimat atau maksud kalimat sebelumnya. Pada kasus ini, maksudnya diketahui juga dari aqidah yang benar yaitu Allah mempunyai sifat berbicara dan memang Allah yang mengajak Musa berbicara.

sekali lagi [maaf] bagi sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan silahkan dilewati [baca: harus semangat belajar bahasa Arab].

-Tidak mungkin lafadz Jalalah  dibaca “AllaHA”

 Karena artinya nanti “Musa mengajak bicara Allah”, karena ada kemungkinan nanti menafikan sifat  Allah berbicara dan ini bentuk tahrif/menyelewengkan sifat Allah.

-tidak mungkin lafadz Jalalah  dibaca “AllaHi”

 Karena tidak ada penyebab majrurnya yaitu huruf jar atau mudhaf ilaih.

Dalam bahasa Arab, i’rab terkadang membantu menyempurnakan [menangkap] makna dan terkadang maknanya bisa menyempurnakan i’rab.

Satu lagi yang menjadi isyarat yang cukup penting, bahwa orang yang ingin berbahasa arab dengan benar dan fasih, dilatih agar berpikir dahulu baru berbicara. Tidak sembarangan berbicara karena minimal ia memikirkan i’rab/ kedudukan kata dalam kalimat. Jelas ini tidak kita dapatkan dalam kebanyakan bahasa karena bahasa Arab itu unik dan sesuatu dibilang unik jika jarang sekali dijumpai.

>>Bisa selamat dan tidak salah membaca harokat gundul bahasa Arab

Mungkin ada yang bertanya berarti agak susah juga kalau berbicara dalam bahasa Arab jika harus dipikirkan dulu I’rab/kedudukan tiap kata. Bagaimana juga orang-orang arab badui dan Para TKI/TKW bisa berbicara bahasa Arab?

Maka jawabannya adalah mereka menggunakan bahasa Arab Ammiyah/  atau bahasa Gaul menurut bahasa kita, dan kurang memperhatikan kaidah. Dan ini yang lebih penting, supaya bisa selamat dan tidak salah membaca digunakan prinsip,

[تجزم تشلم] “Tajzim taslam” artinya: “engkau jazm-kan  maka engkau selamat”

Maksud menjazmkan adalah mensukunkan semua huruf akhirnya pada tiap kata, contohnya,

[أحمد هو غائب لا يحضر في الفصل] “Ahmadu huwa ghaaibun laa yahduru fil fashli” artinya: Ahmad tidak hadir , tidak ada dikelas.

Maka boleh saja kita baca sukun semua tiap kata seperti “AhmaD Huwa GhaaiB laa yahdhuR fil faSHL

Satu lagi yang menjadi isyarat yang cukup penting, bahwa dalam bahasa Arab kita bisa mengetahui kefasihan seseorang dalam berbahasa dan kemampuannya yang sebenar-benarnya dengan melihat kemampuannya meng-i’rab. Kebanyakan orator dan tokoh penting mempunyai kemampuan dalam hal ini sehingga terkadang kata-katanya bisa seperti menyihir dan terdengar sangat indah bagi yang bisa memahami keindahannya [baca: tahu kaidah-kaidah bahasa Arab]. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang fasih bahasa Arabnya.

>>Bahasa tertua yang tetap eksis dan tidak berubah

Berbeda dengan bahasa yang lain yang sudah punah atau hampir punah sebagaimana bahasa Ibrani yaitu bahasa Taurat dan Injil, Bahasa Sansekerta  dan berbagai bahasa lokal dan daerah di dunia. Inilah faktanya,

“Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa bidang Kebudayaan (UNESCO) menyatakan setiap satu bahasa punah setiap minggu. Pada akhir abad ini, diperkirakan dunia akan kehilangan separuh dari 6,700. Salah satu bangsa yang akan mengalamai hal itu adalah Kamboja. Di sana 19 bahasa lokalnya telah dinyatakan hampir punah, dan kemungkinan besar banyak di antaranya yang tidak akan bertahan dalam 90 tahun mendatang.”

[Sumber: http://www.asiacalling.kbr68h.com/in/berita/cambodia/1076-a-5000-year-old-language-in-cambodia-on-extinction-list]

Kita bisa melihat bukti bagaimana bahasa kromo Inggil/ bahasa halus jawa sudah sangat jarang kita temui pemakaiannya. Begitu juga bahasa halus Sasak Lombok. Sehingga jika seorang kakek buyut yang masih hidup berbicara dengan bahasa halus kepada cucunya, mungkin cucunya agak sedikit tidak paham. Begitu juga bukti bahwa terkadang satu bahasa sekedar berbeda dialek saja sudah agak kurang “nyambung” jika berbicara satu-sama lain.

Kita ambil juga contoh bahasa Inggris, dia sempat mengalami kesenjangan sejarah yaitu mengalami perubahan yang cukup jauh dalam setiap beberapa ratus tahun. Maka bahasa Inggris sekarang, di zaman ratu Elisabeth II jika dibandingkan dengan bahasa Inggris di zaman kakek-buyutnya, di zaman pertengahan yaitu King Arthur maka, sangat jauh berbeda. Jika mereka bertemu dan berbicara maka akan susah “nyambung”. Jangankan yang beratus-ratus tahun, bahasa kita yaitu bahasa Indonesia belum lagi 100 tahun sejak kemerdekaan tahun 1945 sudah banyak berubah dan belum lagi muncul bahasa gaul zaman sekarang seperti  “nongkrong”, “juragan”, “sundul”, “nyokap”, “bokek” dan lain-lain. Belum lagi penyimpangan makna misalnya “cabut” bermakna “ayo pergi” dan lain-lain.

Maka belum ada yang seperti bahasa Arab, dimana dia termasuk salah satu bahasa tertua dan tidak berubah, masih asli sejak zaman dulu dan masih sama gaya bahasa, dialek utama, pengungkapannya. Walaupun ada bermacam-macam dialek tetapi dialek asli yaitu apa yang dibilang sekarang dialek Arab klasik tetap ada dan tidak berubah sampai saat ini.

Maka inilah salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap Al-Quran yaitu dengan manjaga bahasanya. Allah Ta’ala berfirman.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz Dzikra [Al-Quran] dan kamilah yang akan menjaganya”. [QS Al Hijir : 9].

>>Kaya perbendaharaan kosa-katanya

Contohnya untuk kosa-kata “kuda” maka dalam bahasa Arab seperti berikut:
-Khail (خيل ) sekumpulan kuda
-Faras (فرس ) seekor kuda (jantan atau betina)
-Hison (حصان ) kuda jantan
-Hajr ( حجر) kuda betina
-Mahr ( مهر) anak kuda jantan
-Mahrah ( مهرة) anak kuda betina
-Filw ( فلو) anak kuda jantan yang baru lepas daripada menyusu ibu
-Haikal (هيكل) kuda yang besar dan bertubuh tegap
-Mathham (مطهم) kuda yang sempurna dan baik

Penerapannya bisa kita lihat dalam Al-Quran yaitu tentang istilah untuk hewan unta yaitu:

-al-Ibilu [الإبل] lihat surat al-Ghasiyah

-an-Naaqah [الناقة] lihat surat al-Syams

-al-Budnu  [البدن] lihat surat al-Hajj

Dan istilah untuk unta juga banyak seperi istilah untuk kuda, bisa kita lihat dalam kitab-kitab ulama khsusunya kitab zakat.

>>Memiliki ungkapan yang teliti dan lengkap

Contohnya dalam ungkapan waktu,
-Dazur [درور] Waktu mula-mula timbul matahari di waktu pagi
-Buzugh [بزوغ ] Waktu mula timbul matahari selepas waktu dazur
-Dhuha[ضُحى ] Waktu mula terasa bahang panas matahari
-Ghazalah [غزالة ] Waktu matahari mula naik selepas waktu dhuha
-Hajirah [حاجرة ] Waktu tengah hari yang mula terasa kepanasan
-Dzuhr [ظهر ] Waktu tengah hari matahari mulai naik menegak
-Zawal [زوال ] Waktu matahari berada tegak di atas kepala
-‘Ashr [عصر ] Waktu siang mula berakhir matahari kemerah-merahan
-‘Ashil [عصيل ] Waktu matahari mulai condong ke arah barat
-Shabub [صبوب ] Waktu matahari semakin menghilang
-Ghurub [غروب] Waktu matahari mula terbenam
-Khadur [خدور ] Waktu matahari hilang dari pandangan atau gelap.


Begitu juga dengan ungkapan suara hewan, maka ada pengungkapannya satu-persatu dan hanya bahasa Arab yang paling lengkap,

-Shahil صهيل Suara kebiasaan kuda mendempik
-Hamhamah حمحمة Suara kuda mendengus
-Syahij شحيج Suara baghal
-Rugha’ رغاء Suara kebiasaan unta
-Hanin حنين Suara unta memanggil anaknya
-Anin أنين Suara unta menahan bebanan yang dibawa
-Hadir هدير Suara unta bernafas (bunyi nafas keluar masuk)
-Shorif صريف Suara geseran gigi unta
-huar حوار Suara lembu
-Ma’ma’ah مأمأة Suara kambing mengembek
-Yu’ar يعار Suara kibas mengembek
-Tugha’ ثغاء Suara biri-biri mengembek
-Za’ir زئير Suara singa mengaum
-Zamjarah زمجرة Suara singa mendengus secara berulang-ulang kali
-Tazamjar تزمجر Suara harimau mengaum
-Kharkhawah خرخوة Suara harimau mendengkur ketika tidur
-‘Uwa’ عواء Suara serigala menyalak memanjang
-Nahim نحيم Suara harimau kumbang
-Quba’ قباء Suara khinzir (babi)
-Nubah نباح Suara anjing menyalak
-Muwa’ مواء Suara kucing mengiau
-Kharkharah خرخرة Suara kucing mendengkur ketika tidur
-Ghas غسٌ Suara kucing mengerang karena sakit
-Nahiq نهيق Suara keldai
-Bu’am بعام Suara kijang
-Nazab نزاب Suara khusus bagi kijang jantan sahaja
-‘Irar عرار Suara burung unta jantan
-Zimar زمار Suara burung unta betina
-Fahir فحير Suara dhab sahaja
-Kasyisy كشيش Suara biawak
-Karkarah كركرة Suara ayam (jantan atau betina)
-Shada صدى Suara burung hantu
-Dandanah دندنة Suara lebah.

Begitu lengkap dan telitinya, sehingga dalam merinci atau menjelaskan sesuatu bahasa Arab bisa menjelaskanya serinci-rincinya. Contohnya tingkatan cinta yang sangat rinci oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah dalam kitab madarijus salikin,

[فصل في مراتب المحبة]

أولها: العلاقة، وسميت علاقة لتعلق القلب بالمحبوب

الثانية: الإرادة، وهي ميل القلب إلى محبوبه وطلبه له.

الثالثة: الصبابة، وهي انصباب القلب إليه. بحيث لا يملكه صاحبه. كانصباب الماء في الحدور.

الرابعة: الغرام وهو الحب اللازم للقلب، الذي لا يفارقه. بل يلازمه كملازمة الغريم لغريمه. ومنه سمي عذاب النار غراما للزومه لأهله. وعدم مفارقته لهم

الخامسة: الوداد وهو صفو المحبة، مراتبها عشرة وخالصها ولبها، والودود من أسماء الرب تعالى.

السادسة: الشغف يقال: شغف بكذا. فهو مشغوف به. وقد شغفه المحبوب. أي وصل حبه إلى شغاف قلبه

السابعة: العشق وهو الحب المفرط الذي يخاف على صاحبه منه

الثامنة: التتيم وهو التعبد، والتذلل. يقال: تيمه الحب أي ذلله وعبده. وتيم الله: عبد الله. وبينه وبين اليتم

التاسعة: التعبد وهو فوق التتيم. فإن العبد هو الذي قد ملك المحبوب رقه فلم يبق له شيء من نفسه ألبتة. بل كله عبد لمحبوبه ظاهرا وباطنا. وهذا هو حقيقة العبودية. ومن كمل ذلك فقد كمل مرتبتها.

العاشرة: مرتبة الخلة التي انفرد بها الخليلان – إبراهيم ومحمد صلى الله عليهما وسلم

Tingkatan cinta:

  1. Al-‘alaqah ( hubungan / ikatan ). Dinamakan hubungan/ikatan karena keterikatan hati kepada yang dicinta.
  2. Al-iradah ( kehendak / keinginan ). Ini adalah kecondongan hati kepada yang di cinta dan berusaha untuk mencari/menjumpai yang dicinta.
  3. Ash-shobabah ( kerinduan ). Adalah kerinduan hati kepada yang dicinta, dimana kerinduan ini timbul secara alami & diri tidak dapat mengaturnya, sebagaimana air yang senantiasa memenuhi batas (pinggiran media).
  4. Al-gharaam ( kerinduan yang menyala-nyala ). Adalah cinta yang selalu ada didalam hati, tidak pernah keluar dari dalamnya, & selalu menyertai hati. Maka abzab neraka dikatakan gharaaman karena senantiasa setia dengan penghuninya, tidak pernah melepasnya.
  5. Al-wadaad ( kasih sayang ). Adalah kelembutan cinta, inti cinta dan kemurniaanya, dan Al-waduud termasuk dari nama-nama Allah yang maha tinggi.
  6. As-syaghof ( cinta yang meluap-luap ). sangat mencintainya dan dibuat sangat senang [bercampur penderitaan]. Sangat mencintai yang di cinta yaitu cintanya telah masuk ke dalam relung hati & sanubari.
  7. Al-‘isyq ( cinta yang sangat ). Adalah cinta yang yang teramat sangat/ terlalu berlebihan, dikhawatirkan [terjadi sesuatu yang kurang baik] terhadap pelakunya.
  8.  At-tatayyum ( penghambaan )yaitu merendahkan diri. Dikatakan cinta telah menghambakannya, dan taimullah berarti juga ‘abdullah ( hamba Allah).
  9. At-ta’abbud ( peribadahan ). Tingkat ini di atas at-tatayyum/penghambaan. Karena sesungguhnya diri hamba adalah totalitas milik sang kekasih ( Tuhan ), tak tersisa sedikitpun dari dirinya, baik lahir maupun batin, semua milik sang kekasih. Dan ini adalah hakikat peribadahan, barang siapa telah menyempurnakan sifat ini, maka telah sempurna cintanya
  10. 10.  Al-Khullah (Kekasih): Cinta ini hanya dimiliki oleh dua khalil (kekasih), yaitu Ibrahim ‘alaihis salam dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

[lihat lengkapnya di Madarijus Saalikiin baina manaazili iyyaka na’budu wa iyya kanasta’in 3/29-32, , Darul Kutub Al-‘Arobiy, Beirut, cet. Ke-3, 1416 H, Asy-Syamilah]

INSYA ALLAH BERSAMBUNG…

Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
27 Dulqo’dah 1432 H, Bertepatan 25 oktober 2011
Penyusun: Raehanul Bahraen
Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.

Artikel https://muslimafiyah.com

artikel terkait:
1. Keunikan-Keunikan Bahasa Arab [Bag. 1]

2.Keunikan-Keunikan Bahasa Arab [Bag. 3]

3.Keunikan-Keunikan Bahasa Arab [Bag. 4]


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/keunikan-keunikan-bahasa-arab-lanjutan-2.html